Puisi Cinta | Kematian adalah keniscayaan. Tak ada kehidupan tanpa kematian. Mengetahui bahwa setiap manusia akan mati harusnya menjadikan kita lebih sadar diri tentang siap kita diantara alam semesta yang luas ini. Siapa kita yang dibandingkan dengan Tuhan yang kekal adalah sekecil kecilnya mahkluk di hadapan Tuhan.
Puisi kematian mungkin menjadi salah satu pengingat kita betapa sebenarnya manusia hanya pengembara. Masuk ke suatu daerah lalu keluar dari daerah tersebut kemudian masuk ke daerah lain. Di dunia ini kita lahir lalu kita akan meninggalkan dunia ini sebatas mencari bekal untuk masuk ke dunia lain yang lebih abad.
Menurut berbagai kepercayaan, kematian adalah pintu menuju alam baru yang abadi. Di sanalah kekekalan hidup akan di dapatkan. Berbeda dengan beberapa agama yang percaya bahwa kematian adalah perubahan fase kehidupan ke kehidupan lain. Jika kini kita adalah seorang manusia dengan tahta yang tinggi karena kita memiliki amal buruk kita akan mendapatkan karma sehingga kemudian mati lalu lahir kembali dalam kehidupan lain sebagai seorang manusia yang susah. Yang lain berpendapat bahwa kematian tak lebih dari berhentinya sistem sel dan organ sehingga seperti mesin maka manusia akan berhenti untuk hidup. Apapun pandangan tentang kematian, sekiranya satu hal yang menjadi kesepakatan setiap pihak bahwa kematian adalah haq dan pasti terjadi serta menjadi proses berhentinya seseorang di alam dunia yang kini di jalani.
Puisi kematian yang akan admin tulis berikut ini semoga bisa menjadi salah satu ibarah / pelajaran kepada kita semuanya untuk tidak terlalu mempertuhankan dunia beserta isinya karena pada dasarnya tidak akan ada yang menemani kita ketika kita telah mati. Untuk itu, jadikan puisi kematian berikut ini sebagai renungan seberapa baikkah hidup kita? seberapa bermanfaatkah kehadiran kira? Oke, langsung saja silahkan simak kumpulan puisi tentang kematian berikut ini :
Puisi Kematian : Mengapa Hidup?
Lahir dengan membawa tangisan
Ibarat sebuah kesedihan pada alam kehidupan
Lalu tumbuh besarlah sang bayi kesayangan
Menjelma menjadi manusia penuh permasalahan
Mengapa hidup?
Hanya sebatas mengenyangkan perutkah?
Atau menuruti dahaga kehausan?
Atau sekedar berketurunan
Berkembang biak seperti hewan?
Mengapa kita hidup?
Seberapa arti hidup kita untuk orang lain
Karena ada masanya kita meninggalkan dunia
Atau dunia yang meninggalkan kita
Mengapa kita hidup,
menerpa angin sang alam
Memijak sang bumi
atau berteduh dibawah kolong langit
Akankah di bumi ini kita hanya sebagai pelangkap
Yang hanya bisa menambah sesak dunia?
Ah, mengapa aku hidup,
Jika tak ada guna untuk kehidupan
harus kubuat sejarah
Karena kematianlah yang akan menghentikan segala
Puisi Kematian : Sejengkal Kubur
Saat itu,
Saat mata sayu memudar ragu
Takut memandang sang malaikat maut
Sayup - sayup terdengar ayat yang merajuk
Penuh tangis dan kesedihan
Sakaratul maut,
Pintu alam dunia dan alam akhirat
Terbentang seperti pintu gerbang istana
Istana kubur yang hitam pekat kegelapan
Sakaratul maut,
Pelan - pelan malaikat mencabut nyawa
Perih tiada tara
Seperti disayat pisau berkarat
Lalu dikelupas kulit tanpa iba
Sakit,
Nyawa tercerabut dari raga
Melayang layang menangis menyesal
Dosa terlanjut di simpan di dada
Tak mungkin kembali memperbaiki sejarah dunia
Tubuh membiru,
Lidah kelu,
Jantung berhenti berderu,
Mata tertutup selama hingga akhir waktu
Raga ditelanjangi,
Di basuh lalu di selimuti dengan kain kafan
Diarak seperti buruan yang mati tertembak
Kubur menungguku di pemakaman
Dua malaikat siap menanyaiku
Sejengkal demi sejengkal tanah
Menutup jasadku
Sejengkal demi sejengkal perpisahan
Menutup kenangan dunia
Aku ditinggal sendiri
Keluarga hanya menangis lalu pergi
Harta berdiam diri tak perduli
Tahta hanya sebatas aku hidup
Ketika mati,
AKu tetaplah bangkai
Baca juga :
Puisi Kematian : Haruskah Hidup?
Jika kematian adalah niscaya
Mengapa hidup terasa tak berdaya
Jika kematian adalah kodrat
Maka mengapa harus berdoa?
Carut hitam dunia
Menyelimuti sang alam fana
Kematian datang menatap rasa
Inikah kehidupan
Sungguh tipis berbeda dengan kematian
Kalung - kalung perpisahan
Melingkari leher -leher pertemuan
Lalu mengikatnya seperti budak perhambaan
Kematian lah pintu keabadian
Wahai kehidupan
Jangan biarkan kematianku buruk sepertimu
Setidaknya,
Ijinkan kematianku,
Adalah hadiah terakhir bagi sisa nafasku
Bagaimana pendapat anda tentang kematian? Silahkan kirim puisi kematian anda kepada redaksi kami untuk kami post kan kepada member puisi yang lain. Terima kasih telah membaca puisi kematian di atas semoga menjadikan kita semakin semangat dalam menjalani kehidupan yang bermakna.