#search{width:330px; border:none;background:transparent;height:32px;padding:0;text-align:left;overflow:hidden;border-left:1px solid #BBB} #search #s{width:70%; background:none;color:#3F3F3F;border:0;padding:4px;margin:3px 0 0 12px;float:left} #search .search-image{border:0;vertical-align:top;float:right;margin:8px 4px 0 2px} #search-wrap{padding:15px 0} .topsearch #search{margin-top:0;margin-bottom:0} ='ltr' id='wrapper'>

Pages

Kumpulan Contoh Puisi Cinta Romantis

Kumpulan Puisi Cinta Galau, Kata Bijak Mutiara, Puisi Guru, Alam, lingkungan sekolah, hidup dalam bahasa inggris

Puisi Tentang Kebakaran Hutan

KUMPULAN PUISI TENTANG HUTAN


Puisi Tentang Kebakaran Hutan


Puisi Tentang Hutan : Jemari Hijau

Jari - jari hijau laksana tengah menengadah doa
Hingga turun keberkahan dalam wujud hujan
Jari jari hijau yang menancap di bumi
mengakar dalam menyerap air kehidupan

Manusia serakah beradu balap dengan sang rusa
Membakar jari - jari itu hingga memerah
Kemudian menghitam menjadi abu
Lalu hamparan menjelma tandus

Alam bernafsu dengan amarah
Menggeleparkan bumi dengan air bah
Tiada resapan untuk menampung bencana
Tinggallah musibah menjadi kalung manusia


Puisi Hutan : Manusia Bertangan Iblis

Lalu, Iblis pun meminjamkan tangannya
Merasuk hati sekalian manusia
Hingga alam tak lagi alami
Hingga semesta tak lagi berbakti

Hutan berkobar terbakar
Merintih menjerit mengenang kehijauan
Hewan tumbuhan dan segala yang menyempurnakannya
Sirna menjadi kegersangan tanah nan tandus

Lalu, mengapakah iblis - iblis itu hidup dalam sandiwara kebutuhan?
Sebab perut lapar hingga api pun berkobar
Dimana wahai para khalifah yang terpilih
Hanya duduk dengan mengencangkan dasi

Atau sibuk bervisi hingga berbusa lidahmu
Haiii, Kau yang diatas sana,
Yang dulu kami pilih menjadi perubah nasib kami
Tidakkah matamu telah terbuka
Di sini jutaan nyawa melayang
Bukan untuk kita,
Tapi untuk anak Cucu Kita

baca juga :

Puisi Kebakaran Hutan : Menjeritlah

Seorang anak berdiri menahan nafas
Berlari sambil mengucek matanya
Asap telah mencerna kehidupan masa kecilnya
Hingga menjadi kotoran trauma sang alam

Tiba - tiba burung bergelepakan
Terkapar dengan siksa bercincin perih
Ah, Hutanku terbakar
Apalagi yang bisa kusiarkan sebagai berita keindahan?
Hanya sejengkal nafsu keserakahan
Yang menghancurkan kreasi Tuhan

Tak heran mengapa matahari begitu marah
Hingga panas mendera bumi yang naas
Tak heran jika air ikut tumpah
Menyapu nyawa yang tenggelam

Duka tinggal mengiring keranda
Api telah menjadi lautan
Kala tak lagi ada barisan hijau
Yang berjejer menjaga bumi pertiwi
Back To Top