Taufik Ismail lahir pada tahun tanggal 25 Juni 1935 dari pasangan Gafar Ismail dan Siti Nur Muhammad Nur. Sejak masa SMA, ia telah memiliki ketertarikan besar pada dunia kesusasteraan khususnya puisi. Meskipun ia aktif di berbagai organisasi, ia nyatanya tetap menyempatkan diri untuk menikmati dunia sastra bahkan ia sempat mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.
Ia tak hanya seorang sastrawan namun juga seorang organisator, ia semasa kuliah pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi seorang guru, dan dosen.
Catatan sejarahnya dalam dunia kesusasteraan diawali dengan menulis puisi, lalu menjadi kolumnis harian KAMI hingga kemudian mendirikan Yayasan Indonesia dan Majalah Sastra " HORISON" yang hingga kini masih eksis dalam mengupas dunia sastra. Ia juga merupakan seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki dan Lembaga Kesenian Jakarta. Kecintaanya pada dunia sastra membuatnya terus berkarya hingga mendapatkan penghargaan prestisius.
Karya - karyanya terhitung banyak dan admin dunia puisi telah memberikan beberapa contoh puisi karya taufik ismail diantaranya :
Puisi Karya Taufik Ismail Tentang Keluarga
Nasehat-Nasehat Kecil Orang TuaPada Anaknya Berangkat Dewasa
Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah ang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi.
Puisi Karya Taufik Ismail Tengan Perjuangan
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
SALEMBA
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.
Aku
Jika kamu pernah merasa sendirian
Jika menemukan masa-masa sulit untuk telanjang
Kamu masih dapat mengandalkanku
Aku akan selalu ada
Aku akan selalu berada di pikiranmu
Jika kamu menyakitiku, aku merasa itu terlalu
Ini adalah my love yang tak pernah berakhir
Aku akan selamanya berbagi denganmu
Di sana, di setiap langkah dari jalan lurusmu
Aku akan mendengarkan jika kamu membutuhkanku
Aku akan selalu berada di sampingmu sampai akhir
Menyeka semua air matamu
Menjadi teman terbaikmu
Aku akan tersenyum ketika kamu tersenyum
Merasakan semua rasa sakit yang kamu rasa
Jika kamu menangis
Aku akan menangis denganmu
BACA JUGA : PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR
Gencarnya Cahaya Jiwaku
Lampu jiwaku terbakar tanpa henti, menyentuh lukanya seumur hidup, bersinar dengan kenang-kenangan itu.
Diam-diam kuberjuang untuk melepaskan, tapi aku lelah mendaki, menangis dengan rasa sakit yang menuakan hati, memikunkan pikiran.
Kenangan yang tak terlupakan, menempel seperti kawat duri, yang menusuk jantung dalam.
Hidup dengan curahan kesedihan, terjebak dalam perangkap masa lalu, terikat dengan semua perasaan dari sana.
Tidak mampu lepaskan, jatuh ke lutut, menangis menuju langit, berharap untuk penangguhan hukuman.
Terus tanpa suara di bawah kehormatan yang tersembunyi dari kehidupan, merayap menuju lampu jiwaku, mencari, terbakar terus-menerus, menyentuh pikiran hatiku yang rapuh dan khidmat.
Nyeri.
Paham Kiri
Tidak ada pengampunan untuk orang yang jujur
Injak-injak dan gunakan mereka sampai mereka lelah
Dan buanglah mereka
Sampah di pinggir jalan
Partikel yang sulit untuk hidup
Jangan dapatkan pujian yang tulus
Atau kesetiaan dari salah satu mereka
Tenang
diam
Ambil apa pun dari mereka
Keluarlah, bangun dalam batin, karakter dan jiwa mereka
Penuhi setiap hati - keinginan mereka di jalan
Sempurnakan seni kebaikan
Biarkan orang kecil merana
Brikan gangguan dan hal-hal sepele
Benar untuk diri mereka sendiri
Nyalakan lilin agar mereka cepat melewati hidup
Jangan takut menyalakan api atau menembak jiwa orang lain
Rasakan jalur melalui kegelapan, rasakan kesulitan
penderitaan, sakit, sakit dan kesedihan
Biarkan mereka berjalan di dalam itu semua
bawakan pada jalan yang telah mereka pilih
Hal ini disebut pelecehan dan dilakukan oleh apa yang disebut teman-teman,
rekan bisnis dan kekuasaan dan / atau kewenangan.