EKSPRESI PUITIK TENTANG DOA
Sebagai
seorang manusia yang mempunyai daya spiritual, tentunya ketika kita dihadapkan
ke dalam sebuah masalah, maka kita hendaklah kembali kepadaNya. Namun
seringkali kita dibutakan oleh ego kita yang besar. Sehingga kita bersikap
destruktif atau merusak terhadap hal-hal di sekitar kita ataupun terhadap diri
kita sendiri, untuk melegakan sebuah kecamuk yang bersarang di dalam hati.
Hati
merupakan sesuatu yang mudah terbolak-balik. Artinya mudah dipengaruhi oleh
sesuatu yang lain. Baik oleh orang lain, lingkungan, bisikan syaitan, ataupun
ego kita sendiri. Hati berfungsi untuk merasakan dan memahami. Nah jika kita
tak pandai merawat hati, maka yang terjadi hati kita akan menjadi tidak sehat.
Menjaga disini adalah dalam artian menjaga dari perasaan-perasaan yang tercela
dan senantiasa membasahinya dengan kegiatan mengingat Tuhan.
Sedang
doa merupakan wasilah komunikasi kita terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Doa menjadikan menusia mempunyai pengharapan yang terang
terhadap hidupnya, tersebab rasa ketidakberdayaan diri dalam menghadapi sebuah kehidupan.
Meski kehidupan ini yang mengatur adalah Tuhan. Namun di sisi lain manusia diberi free will atau
kebebasan dalam berkehendak. Tuhan telah memberi kesempatan manusia untuk
berusaha, mengoptimalkan daya cipta dan karsa serta seluruh potensi yang
dimilikinya. Namun bukan berarti hasil yang diterima terlepas dari campur
tangan Tuhan. Justru tersebab Tuhan
telah mengehendaki kita mendapatkan sesuatu yang kita harapkan.
Arif
Hidayat salah satu sastrawan yang aktif bergiat di Banyumas, dalam esainya
mengatakan bahwa, “Jika Tuhan menyediakan diri untuk menuruti doa-doa manusia,
yang menyedihkan bahwa kadang manusia tudak menyediakan diri untuk menuruti
perintah dan laranganNya. Maka dari itu, jangan menyalahkan Tuhan bila doa kita
tidak terkabul, bisa jadi itu lantaran kita yang tidak melaksanakan perintah dan
laranganNya terlebih dahulu”.
Doa
selain dapat dilakukan dengan ritual beribadatan keagamaan atau hanya diungkapkan dalam hati
dalam keadaan bagaimanapun dan kapan saja,
doa juga dapat diekspresikan
melalui kreatifitas bahasa yang imajinatif. Salah satunya ialah melalui puisi yang
mengandung makna simbolik tentang doa.
Berikut
adalah beberapa contoh puisi yang mengandung makna simbolik doa:
MIGRASI SEROJA
Oleh: Iis Sugiarti
Ketika embun berjatuhan dari matamu. Gelagat resah menghinggapi
pundakku. Malam menggali lubang luka pada sesirah hati yang dilekahkan musim.
Reranting tak tergoyahkan oleh selenting angin. Walau rahasia yang
tertabiri wajahmu telah tampak. Seperti matahari terbit di lazuardi pagi. Aku
masih butuh sejuta kata agar menjadi doa di mutiara yang lain.
Seroja bermigrasi ke Sahara.
KESTURI
Oleh: Iis Sugiarti
Aku mulai kelusuh ketika wewangi kesturi tubuhmu menyentuh
penciumanku. Mencarinya pada
sekotah ruang yang biasanya.
Kelebat bayangmu telah mengkemelutkan jantung yang mendahaga. Aku
beranjak ke baranda duka, mengelegikan kepulanganmu. Dalam doa-doa yang
menyepi.
POHON YANG DOA
Oleh: Iis Sugiarti
Akulah biji yang ditabur di tanah garapan ayahku. Menjelma tetumbuhan dalam rasa sumringah di
dada. Aku diajaknya menyelami mata yang pernah menampung darah kesakitan.
Tampak sejumpuk doa menggema sampai langit ke tujuh.
Dengan riang ia mengajakku bertamasya. Memainkan drama dalam
panggung teater Tuhan. Aku diberiNya daya sebuih air untuk menciptakan skenerio
kisahku.
Ketika musim kembang, jiwaku bak di atas neraca yang tegak di
tepian jurang. Sedang batangku yang meninggi,semakin payah terhempas angin
sakal. Namun doamu mengajari dedaunan yang merindang di tubuhku, untuk tetap
kokoh bersujud kepadaMu.
DOA LANGIT
Oleh: Iis Sugiarti
Sepertinya pintu langit telah
terbuka lebar. Sungguh cerlang. Tanpa
kabut yang menyatiri pandanganku. Setelah kesekian entah, kugemakan doa langit. Berharap namaku
terbingkai bersama wajah-wajah yang pandai menyulam makna.
SELAKSA DOA
Oleh: Iis Sugiarti
nujumMu semakin berkeling
di malam yang hening
mencahayai wajah pendoa
merilis album pinta
mentadaburkan kidung rindu
mengalirkan airmata madu
jiwaku ngilu terkapar di bumi
hati tak pandai menyimpan belati
waktu semakin mereguk hidupku
kucari celah jalan kasihMu
Puisi di atas merupakan ekpresi jiwa
penulis terhadap kecamuk kegelisahan dalam hatinya, yaitu tentang luka,
airmata, dan perasaan ketidakberdayaan diri dalam menopang segala gelisah.
Hanya doa yang menjadi kekuatan aku lirik dalam menghalau keputusasaan menjadi
sebuah pengharapan menuju kehidupan yang cahaya.
Salam
Satra…Selamat Berkarya… J
Pondok Pena,
20 April 2018