#search{width:330px; border:none;background:transparent;height:32px;padding:0;text-align:left;overflow:hidden;border-left:1px solid #BBB} #search #s{width:70%; background:none;color:#3F3F3F;border:0;padding:4px;margin:3px 0 0 12px;float:left} #search .search-image{border:0;vertical-align:top;float:right;margin:8px 4px 0 2px} #search-wrap{padding:15px 0} .topsearch #search{margin-top:0;margin-bottom:0} ='ltr' id='wrapper'>

Pages

Kumpulan Contoh Puisi Cinta Romantis

Kumpulan Puisi Cinta Galau, Kata Bijak Mutiara, Puisi Guru, Alam, lingkungan sekolah, hidup dalam bahasa inggris

kumpulan puisi aku dan doa karya chairil anwar

Puisi Cinta : Sejarah kesusasteraan Indonesia pernah mencatat kehadiran seorang pujangga dan penyair fenomenal bernama Chairil Anwar. Penyair yang sering dijuluki "Si Binatang Jalang " ini, merupakan pelopor puisi angkatan '45 bersama Asrul Sani dan Rival Apin sekaligus merupakan perintis dari karya karya angkatan puisi modern. ( sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar ). Beliau termasuk penyair terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Meski kini raganya telah tertanam di dalam bumi, karya - karyanya masih abadi dikenang dan dibaca oleh generasi - generasi muda hingga sekarang.

Kehidupan Chairil Anwar 
puisi aku dan doa karya chairil anwar

Chairil Anwar merupakan anak dari pasangan Toeloes dan Saleha. Ia lahir pada tanggal 26 Januari 1922 di Medan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan seorang Bupati di Inderagiri, Riau serta memiliki garis kerabar dengan Sutan Sjahrir ( Perdana Menteri pertama Indonesia ). Latar belakang pendidikannya diawali dengan bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Sekolah ini setingkat sekolah dasar pada masa jaman pendudukan belanda. Selanjutnya, beliau melanjutkan pendidikan di MULO, Di saat usia 19 tahun, orangtuanya bercerai dan kemudian pindah ke Batavia / Jakarta. DI sinilah kemudian belia berkenalan dengan dunia sastra bahkan meski ia tak bisa melanjutkan pendidikannya, ia dapat menguasai berbagai bahasa internasional seperti bahasa Belanda, Jerman dan Inggris. Berkat kemampuan bahasanya, ia dapat membaca karya sastra penyair dunia dan tentu kemampuan bersyairnya menjadi sangat mumpuni.

Karya - Karya Chairil Anwar

Saat pertama kali mengirimkan puisinya ke media cetak yaitu majalah Pandji Pustaka, karyanya ditolak karena berhaluan Individualistis sehingga tidak sesuai dengan ideologi yang berlaku pada saat itu. Baru ketika tulisan - tulisannya yang sebagian besar terinspirasi dari kematian, namanya mencuat melalui majalah Nisan pada tahun 1942.

Selama hidupnya, Chairil Anwar dikabarkan telah menulis 94 karya dimana 70 diantaranya adalah berupa puisi - puisi. berikut ini merupakan beberapa karya Chairil Anwar yang paling terkenal diantaranya adalah :

  • Deru Campur Debu (1949)
  • Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
  • Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
  • “Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949″, disunting oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
  • Derai-derai Cemara (1998)

Dan berikut ini dalah Kumpulan Puisi Chairil Anwar 

Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar :


Puisi Chairil Anwar :  Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih periDan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi AKu Chairil Anwar
Puisi Aku di tulis di tembok di Leiden Belanda

Puisi Chairil Anwar : SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut sendaSepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
1944

Puisi Karya Chairil Anwar : RUMAHKU
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampakKulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalanKemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke manaRumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranakRasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu27 april 1943 


Kumpulan Puisi Chairil Anwar : PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!


Contoh Puisi Chairil AnwarYANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS 
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.




Puisi Pujangga Karya Chairil ANwar : 
Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
“Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!”
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
d luar hitungan: Kamar begini
3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!
Kepada Peminta-minta
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

TAK SEPADAN
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka


Cintaku Jauh di Pulau
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Senja di Pelabuhan Kecil
Buat Sri Ayati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti
Doa
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Pada tanggal 28 April 1949, Chairil anwar berpulang ke rahmatnya di Rumah Sakit Citpomangunkusumo. Kematiannya diduga karena penyakit paru - paru yang parah sehingga menyerang saluran pencernaannya sehingga terjadilah pecah usus. Dokter yang menanganginya mengatakan bahwa Chairil Anwar meninggal karena Tifus. 

Hingga kini, karyanya terus abadi. Bagi para penggemarnya, Chairil Anwar masih tetap terkenang sebagai seorang penyair terbaik Indonesia. Makamnya hingga kini masih sering diziarahi oleh para pecintanya. 
Back To Top