Puisi Cinta ~ Kenalkan namaku Ani, sejujurnya butuh keberanian untuk menulis cerita ini. Aku merupakan anak terakhir dari 5 saudara. Ayah dan Ibuku telah meninggal semenjak aku masih kecil dan selama ini, kebutuhan hidup pasca kematian orangtuaku ditanggung oleh kakak tertuaku yang memiliki selisih umur 10 tahun lebih tua dariku.
Ketika cerita ini di tulis, umurku 18 tahun. Aku masih duduk di sebuah sekolah favorit di kotaku. Kini aku tinggal bersama dengan kakak perempuanku yang telah menikah. Namanya, Rina. Kak Rina telah memiliki seorang suami yang bisa dibilang begitu perhatian, pengertian dan ku lihat sangat lembut.
Hidup bersama kakak dan kakak ipar membuatku menerima dua konsekuensi. Konsekuensi positif dimana aku bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga sehingga tidak ada rasa sepi meski tak lagi memiliki orang tua konsekuensi yang kedua, karena kebersamaan itulah, aku jtauh cinta pada kakak iparku sendiri.
Ah, aku sampai lupa. Selain baik, kakak iparku juga cerdas. Kata kak Rina, dulu ketika kak Anwar ( Nama kakak iparku ) masih bersekolah, ia sering mengikuti olimpiade sains. Karena kecerdasannya itulah ia mendapatkan beasiswa dan kini menjadi seorang motivator dan agen travel.
Awalnya semua baik - baik saja, namun entahlah, tanpa ada kejadian istimewa, kebersamaan aku dengan kakak iparku menjadikan perasaanku berubah, ada rasa bahagia ketika aku bersama nya, pun ada rasa yang tak bisa aku lukiskan ketika aku tak bisa melihat wajahnya.
Hingga kini, hanya aku yang tahu akan cintaku ini. Karena aku sadar cinta ini adalah cinta terlarang. Akan ku pendam hingga aku menemukan cinta yang pantas aku cintai dan semoga, aku mendapatkan yang lebih indah dari kakak iparku.
Mungkin hanya puisi cinta terlarang yang bisa melukiskan hatiku saat ini. Sobat, jika kalian punya solusi, tologn beri aku nasihat ya, biar aku tidak tersiksa seperti ini.
Jauh, di hatiku
Bagaimana cinta bisa hadir di dalam diri ini
Sementara sang pencinta haram atas cintanya
Dosa mengintai cinta in
Tak sepantasnya bermuara dengan kalam asmara
Mengapa cinta ini tumbuh begitu subur
Menggelora seperti darah yang mengaliri sel - sel hidupku
Adakah ini sebatas ujian
Atau hanya rasa yang hinggap lalu berlalu?
Rinai cinta bergerincing dalam dada
Mengamuk seperti raksasa sedang murka
Aku tersedak, sesak dan terus terdesak
Cinta ini tak semestinya kumiliki
Tak sepantasnya kupendam
Tak elok pula ku kungkapku
Ingin kubunuh saja hingga tak bernama
Agar kasih ini tetap pada kodratnya
Terima kasih untuk siapapun yang telah membaca ceritaku. Semoga kalian tidak merasakan hal yang sama, seperti yang aku rasakan. Salam persahabatan.
Ani Lidwia